Dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, manusia sebagai objek sosiologi memerlukan media untuk
berinteraksi dengan manusia lain. Salah satu media yang dibutuhkan adalah
bahasa. Bahasa merupakan kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini.
Sehingga bahasa dapat dikatakan sebagai sarana untuk integrasi dan adaptasi dan
dapat digunakan untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam
komunikasi dapat saling memahami dan dapat mengekspesikan apa yang ada di
pikirannya baik dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks
atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi.
Sejatinya
bahasa telah ada sejak dahulu dan disebut sebagai bahasa alami atau bahasa
isyarat. Namun, seiring berkembangnya zaman, bahasa sebagai ilmu yang dinamis
pun akhirnya berkembang pula hingga akhirnya pada saat ini dapat ditemukan
ribuan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa muncul karena ada interaksi sosial,
yang mana dalam interaksi sosial terjadi saling mempengaruhi satu sama lain.
Maka tak heran apabila suatu bahasa lebih banyak dipakai, maka bahasa itu akan
berkembang dalam masyarakat. Ada bahasa baru yang muncul namun ada pula yang
menghilang. Bahasa dan masyarakat merupakan suatu padana yang tidak bisa
dipisahkan dan selalu mengisi satu sama lain, karena adanya interaksi sosial
yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Didalamnya ada penutur dan
tindak penutur, bahasa yang bersifat arbitrer dan bersifat universal sangat
memungkinkan untuk melahirkan kata-kata atau padanan baru dalam bahasa
tersebut. Sebenarnya, susunan dasar bahasa dari ribuan bahasa yang ada di dunia
ini adalah sama atau saling berkaitan, hanya karena perbedaan dialek antar
daerahlah dan pemahaman orang yang mendapatnya yang menjadikannya berbeda.
Seperti halnya beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang aslinya merupakan
bahasa asing yang kemudian karena orang Indonesia dahulu susah melafadzkannya
maka jadilah bahasa Indonesia. Contohnya adalah filsafat yang diambil dari
falsafah dari bahasa Arab
Indonesia sendiri sebagi negara
multikultulral memiliki ragam bahasa yang berbeda di tiap daerahnya. Karena
banyaknya ragam bahasa memungkinkan terjadinya perpecahan antar suku yang diakibatkan
oleh kesalahpahaman dalam memahami bahasa suku lain. Maka dari itu, Indonesia
memiliki satu bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia yang kemudian menjadi
bahasa resmi dengan harapan agar bangsa
Indonesia tidak terpecah dengan perbedaan yang ada. Selain itu, telah
disepakati pada sumpah pemuda 28 Oktober bahwasanya bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang satu, yang bunyinya “Kami putera puteri Indonesia mengaku berbahasa
yang satu, Bahasa Indonesia.” Dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari hari telah menujukkan rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
Bahasa Indonesia sendiri pada saat
ini telah berkembang mengikuti arus globalisasi. Derasnya arus globalisasi
dalam kehidupan kita, akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan
bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia mau
tidak mau berperan didalam dunia persaingan bebas, baik dalam bidang politik,
ekonomi maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan
tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekonologi itu, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai
prasarana berpikir dan saran pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu
(Sunaryo, 1993, 1995)
Namun,
yang sangat disayangkan perkembangan bahasa indonesia bukanlah dalam hal
penggunaan bahasa resmi yang meningkat, melainkan bahasa Indonezia berkembang
menjadi padanan untuk bahasa gaul. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar sesuai kaidah pada saat ini telah dilupakan dan tergantikan oleh bahasa
bahasa gaul yang dimunculkan oleh anak anak muda zaman sekarang. Mereka
beranggapan bahwa bahasa gaul lebih praktis, lebih nyaman dan cocok untuk
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan mereka beranggapan bahwasanya bahasa
Indonesia yang baik itu terlalu kaku dan monoton dan tidak menujukkan kebaruan.
Bahasa gaul pada awalnya digunakan pada pesan singkat atau sms atau dalam media
sosial, namun ternyata bahasa gaulpun mermbah kedalam dunia nyata yang mana
dalam penggunannya bahasa Indonesia dirubah atau diplesetkan menjadi kata-kata
baru yang mungkin tidak dapat dipahami oleh para orangtua. Sebagai contoh,
Bukan
hanya penggunaan bahasa gaul saja yang membuat bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi terlupakan. Salah satu faktor lainya adalah penggunaan bahasa asing dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa asing memanglah penting, namun apa
jadinya apabila anak tidak diajarkan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Yang terjadi adalah suatu saat nanti saat anak telah mencapai umur yang matang
maka ia akan kesulitan atau justru melupakan bahasa Indonesia. Sebenarnya tidak
masalah dalam meminta anak untuk mempelajari bahasa asing, namun apabila
pembelajaran bahasa asing tidak disertai dengan keseimbangan berbahasa
indonesia maka suatu saat nanti bahasa Indonesia sebagai bahas ibu akan
terlupakan.
Maka
dari itu, sebagai generasi penerus bangsa sudah manjadi suatu keharusan bagi
kita untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik tanpa mengubahnya ke bahasa
lain. Karena dengan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dalam kehidupan
sehari-hari akan
Komentar
Posting Komentar